REVIEW PENELITIAN KESENIAN DAN DESAIN

( Jurnal 1)

JudulSEMIOTIKA ANALISIS TANDA PADA KARYA DESAIN KOMUNIKASI VISUAL





Objek kajian Seni Rupa dan Desain :

 Kajian ini menggunkan sebuah tanda. Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Ada kecenderungan bahwa manusia selalu mencari arti atau berusaha memahami segala sesuatu yang ada di sekelilingnya dan dianggapnya sebagai tanda. Penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan-dalam hal ini desain komunikasi visual dimungkinkan, karena menurut Yasraf A. Piliang ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Artinya, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial. Bertolak dari pandangan semiotika tersebut, jika seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, makasemuanya–termasuk karya-karya desain komunikasi visual - dapat juga dipandang sebagai tanda-tanda. Hal itu dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri. Ferdinand de Saussure merumuskan tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tidak bisa dipisahkan - seperti halnya selembar kertas - yaitu bidang penanda (signifier) atau bentuk dan bidang petanda (signified): konsep atau makna. Berkaitan dengan piramida pertandaan ini (tanda-penanda-petanda), Saussure menekankan dalam teori semiotika perlunya konvensi sosial, di antaranya komunitas bahasa tentang makna satu tanda. Jadi kesimpulan Yasraf berdasar rumusan Saussure adalah satu kata mempunyai makna tertentu disebabkan adanya kesepakatan sosial di antara komunitas pengguna bahasa tentang makna tersebut. Sementara itu, Charles Sanders Pierce, menandaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau isyarat. Lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan kepala dapat diterjemahkan setuju. Tanda bunyi, seperti tiupan peluit, terompet, genderang, suara manusia, dering telpon. Tanda tulisan, di antaranya huruf dan angka. Bisa juga tanda gambar berbentuk rambu lalulintas, dan masih banyak ragamnya. Merujuk teori Pierce, maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Di antaranya: ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Misalnya, foto Sri Sultan Hamangkubuwono X sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah ikon dari Pak Sultan. Peta Yogyakarta adalah ikon dari wilayah Yogyakarta yang digambarkan dalam peta tersebut. Cap jempol Pak Sultan adalah ikon dari ibu jari Pak Sultan. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti. Contohnya: asap dan api, asap menunjukkan adanya api. Jejak telapak kaki di tanah merupakan tanda indeks orang yang melewati tempat itu. Tanda tangan (signature) adalah indeks dari keberadaan seseorang yang menorehkan tanda tangan itu. Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya

Pendekatan: Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam jurnal didapat berdasarkan observasi, teori, buku, jurnal, wawancara dan dokumentasi.

Analisis: Pembahasan karya-karya Desain Komunikasi Visual dengan kajian semiotika akan menggunakan teori Pierce untuk melihat tanda pada karya desain komunikasi visual (ikon, indeks, simbol), teori Barthes untuk melihat kode: kode hermeneutik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi dan kode kebudayaan, serta teori Saussure untuk melihat makna denotatif dan makna konotatif. Kemudian Judith Williamson dengan teori semiotika iklan terkait dengan peminjaman tanda dan kode sosial juga dimanfaatkan untuk memahami karya desain komunikasi visual yang menjadi contoh kasus dalam tulisan ini. Di samping itu, tentunya penggunaan semiotika struktural dan semiotika pasca struktural menjadi pertimbangan khusus dalam pembahasan ini. Hal itu menjadi penting karena untuk kasus tertentu, semiotika struktural tidak bisa untuk menganalisa teks (karya desain komunikasi visual), ketika teks tersebut keluar dari kode yang berlaku. Dengan demikian, semiotika struktural yang stabil tidak bisa menjelaskan teks yang labil, untuk itu diperlukan semiotika pasca struktural

Teori: Karya desain komunikasi visual mempunyai tanda berbentuk verbal (bahasa) dan visual, serta merujuk bahwa teks desain komunikasi visual dan penyajian visualnya juga mengandung ikon terutama berfungsi dalam sistem non kebahasaan untuk mendukung pesan kebahasaan, maka pendekatan semiotika sebagai sebuah metode analisis tanda guna mengupas karya desain komunikasi visual layak diterapkan dan disikapi secara proaktif sesuai dengan konteksnya.


Kesimpulan: Pesan yang terdapat pada berbagai karya desain komunikasi visual adalah pesan yang disampaikan kepada khalayak sasaran dalam bentuk tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal didekati dari ragam bahasa, gaya penulisan, tema dan pengertian yang didapatkan. Tanda visual dilihat dari cara menggambarkannya, apakah secaraikonis, indeksikal, atau simbolis. Penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuandalam hal ini desain komunikasi visual - dimungkinkan, karena ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Artinya, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana social. Bertolak dari pandangan semiotika tersebut, jika sebuah praktik social dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya - termasuk karya desain komunikasi visual – dapat juga dilihat sebagai tanda-tanda. Hal itu menurut Yasraf Amir Piliang dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri. Mengingat karya desain komunikasi visual mempunyai tanda berbentuk verbal (bahasa) dan visual, serta merujuk bahwa teks desain komunikasi visual serta penyajian visualnya juga mengandung ikon terutama berfungsi dalam sistem-sistem non kebahasaan untuk mendukung pesan kebahasaan, maka pendekatan semiotika sebagai sebuah metode analisis tanda guna mengupas karya desain komunikasi visual layak diterapkan dan disikapi secara proaktif sesuai dengan konteksnya.

Menurut pendapat saya hal yang bisa diteliti dari jurnal tersebut: Tanda pada karya desain komunikasi visual begitu penting dikarenakan setiap tanda pasti memiliki dimana sasaran khalayak umum akan mengerti atas penyampain pesan lewat sebuah tanda

(jurnal 2) 

Judul : SENI RUPA TEATER 
Objek kajian seni rupa dan desain : 
Berkarya seni drama adalah mentransformasikan cerita hasil karya sastra menjadi lakon pertunjukan drama. Dalam transformasi ini muncul elemen artistik yang merupakan segala faktor yang meliputi dan melatari atau melingkungi cerita dalam naskah. Elemen artistik meliputi tata pentas atau tata panggung, cahaya, rias, busana dan tata bunyi sebagai hasil perubahan potensi simbol dalam naskah cerita Menjadi potensi ikon dalam pementasan drama. 

Pendekatan :
Pendekatan yang digunakan pada tulisan ini yaitu merupakan pendekatan sejarah yang menekankan pada wilayah diakronis. 


Analisis
Metode yang digunakan pada tulisan ini adalah metode kualitatif. 

Teori :
Pada penulisan jurnal ini menggunakan teori semiotika dan tidak ada teori yang lainnya. 

Kesimpulan : 
Ikonisitas tata panggung teater merupakan sistem semiosis dalam semiotika yang bisa dimanfaatkan dalam menginterpretasikan latar ruang, waktu dan suasana dalam naskah cerita, dan di transformasikan menjadi tata panggung sebagai latar ruang, waktu dan suasana yang mendukung dramatika permainan drama. 

menurut pendapat saya : tata panggung begitu penting apabila sebuah pertunjukan besar, agar para penikmat seni teater ini mengapresiasi para pelaku yang telah bekerja keras untuk pertujukan ini

(jurnal 3)

Judul: Pengenalan Batik Pada Anak Sebagai Wujud Cinta Budaya Indonesia

Objek Kajian Seni Rupa dan Desain: Kajian pada jurnal ini pengenalan seni rupa Batik pada anak sehingga anak mempunyai keterampilan khusus dalam bidang seni dan menumbuhkan rasa cinta akan produk Indonesia dari jurnal yang berjudul Pengenalan Batik Pada Anak Sebagai Wujud Cinta Budaya Indonesia (2021).

    Pendekatan: Pendekatan dengan metode pendekatan sosial yaitu dengan cara workshop dengan memaparkan materi tentang batik, aplikasi desain sketsa untuk membuat batik, dan apresiasi batik buatan anak.

    Analisis: Metode yang digunakan penulis adalah dengan cara ceramah, demonstrasi, dan pelatihan terhadap anak-anak, sehingga anak dibekali pengetahuan dan tata cara pembuatan seni rupa batik dengan benar dan cara yang mengasikan.

        Teori: Tidak terlalu menampilkan spesifik teori yang diterapkan pada tulisan di jurnal ini. Namun memberikan edukasi tentang Batik yang telah dipelajari dan dibaca pada jurnal yang sudah ada terlebih dahulu.

    Kesimpulan: Dari tulisan kajian seni rupa ini bisa memberikan nilai plus terhadap minat seni pada anak-anak dan memberikan pemaparan edukasi yang jelas terhadap nilai karya seni batik. Anak-anak dibuat bangga dengan hasil kreativitas yang telah mereka buat pada karya seni rupa Batik.

Menurut pendapat saya : Kajian ini sangat penting dikarenakan pengenalan seni batik diperkenalkan pada anak-anak, agar di kemudian hari anak tumbuh dewasa dapat menjaga kesenian membatik ini dan terus di perkenalkan lagi pada generasi ke generasi



DAFTAR PUSTAKA: 
https://ojs.petra.ac.id/ojsnew/index.php/dkv/article/view/16093 
https://journal.unesa.ac.id/index.php/abdi/article/view/11040
https://journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/view/457/51

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kajian Konsep, Estetik dan Makna pada Ilustrasi Rangda Karya Monez

KAJIAN SEMIOTIK LUKISAN KAWAN-KAWAN REVOLUSI KARYA S. SUDJOJONO